BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan.
Pengertian Pendidikan Secara Luas adalah segala pengalaman belajar yang langsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup. Pengertian Pendidikan Secara
Sempit adalah pengajaran yang diselenggarakan diseklah sebagai lembaga
pendidikan formal.
1.
Keharusan Pendidikan: Mengapa manusia harus di
didik atau mendidik.
Sebagai “anak didik” dalam ilmu pendidik tidak
terlepas kaitannya dengan sifat ketergantungan seseorang anak terhadap pendidik
tertentu. Seseorang anak disebut anak didik apabila ia menjadi tanggung jawab
pendidik tertentu. Sebutan anak didik harus dikait dengan seorang pendidik
tertentu. Dan pendidik yang dimaksud disini adalah seorang yang bertanggung jawab
terhadap pendidikan si anak-anak yang dimaksud adalah anak yang mempunyai sifat
ketergantungan kepadanya (pendidik).
Menurut Langeveld, anak didik adalah anak atau
orang yang belum dewasa atau belum memperoleh kedewasaan atau seseorang yang
masih menjadi tanggung jawab seorang pendidik tertentu anak didik tersebut
adalah anak yang memiliki sifat ketergantungan kepada pendidiknya itu, karena
ia secara alami tidak berdaya ia sangat memerlukan bantuan pendidikannya untuk
dapat menyelenggarakan dan melanjutkan hidupnya baik secara jasmani maupun
secara rohani. Maka dari itu ditinjau dari Dasar Biologis. Pendidikan
adalah perlu karena anak manusia dilahirkan tidak berdaya :
- Anak
manusia di lahirkan tidak dilengkapi insting yang sempurna untuk dapat
menyesuaikan diri dalam menghadapi lingkungan.
- Anak
manusia perlu masa belajar yang panjang sebagai persiapan untuk dapat
secara tepat berhubungan dengan lingkungan secara konstruktif.
- Awal pendidikan terjadi setelah anak manusia mencapai penyesuaian
jasmani atau mencapai kebebasan fisik dan jasmanhi.
2. Kemungkinan Pendidikan: Mengapa
manusia dapat di didik atau mendidik.
Dasar Biologis.
Anak dilahirkan tak berdaya tapi mempunyai
potensi untuk berubah. Karena anak mempunya
beberapa sifat diantaranya :
- Anak
bersifat lentur.
- Anak
mempunyai otak yang besar dan permukaan sangat luas.
- Mempunyai
pusat saraf yang berfungsi berhubungan dengan perbuatan berfikir, sehingga
terjadi penangguhan reaksi dalam menerima perangsang maka terjadilah
belajar.
3.
Pendidikan dalam Pandangan Islam.
Secara kodrati anak memerlukan pendidikan atau
bimbingan dari orang dewasa. Dasar kodrati dapat dimengerti dari kebutuhan
dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang hidu di dunia ini. Sesuai dengan
sabda Rasulullah SAW bersabda:
مَامِنْ
مَوْلُوْدٍإِلاَّيُوْلَدُعَلَىاْلفِطْرَةِفَأَبَوَاهُ يُهُوِّدَانِهِ
أَوْيُمَجِّسَانِهِ كَمَاتَنْتَحُ البَهِيْمَةُ جَمْعَاءُهَلْ تُحِسُّوْنَ مِنْ
جَدْعَاءَ ,ثُمَّ يَقُوْلُ أَبُوْهُرَيْرَةَ,
وَاقْرَءُوْاإِنْ
شِئْتُمْ فِطْرَةَاللهِ الَّتِى فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَالاَتَبْدِيْلَ لَخَلْقِ
اللهِ ذلِكَ الدِّيْنُ اْلقَيِّمُ
Artinya:
“Tiadalah seorang yang dilahirkan melainkan
menurut fitrahnya, maka akibat kedua orang tuanyalah yang me-Yahudikan atau
men-Nasranikannya atau me-Majusikannya. Sebagaimana halnya binatang yang
dilahirkan dengan sempurna, apakah kamu lihat binatang itu tiada berhidung dan
bertelinga? Kemudian Abi Hurairah berkata, apabila kau mau bacalah lazimilah
fitrah Allah yang telah Allah ciptakan kepada manusia di atas fitrahNya. Tiada penggantian terhadap ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus
(Islam).”( H.R Muslim).
Dari Hadits tersebut di
atas dapat disimpulkan bahwa manusia itu untuk dapat menentukan status manusia
sebagaimana mestinya adalah harus mendapatkan pendidikan. Dalam hal ini keharusan
mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung
aspek-aspek kepentingan yang antara lain dapat dikemukakan sebagai
berikut:
a. Aspek Pedagogis.
Dalam aspek ini para ahli didik memandang
manusia sebagai animal educandum: makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam
kenyataanya manusia dapat dikategorikan sebagai animal, artinya binatang yang
dapat dididik. Sedangkan binatang pada umumnya tidak dapat dididik, melainkan
hanya dilatih secara dressur, artinya latihan untuk mengerjakan sesuatu yang
sifatnya statis, tidak berubah.
b. Aspek Sosiologis dan
Kultural.
Menurut ahli sosiologi
pada prinsipnya, manusia adalah homosocius, yaitu makhluk yang berwatak dan
berkemampuan dasar atau memiliki gazirah (instink) untuk hidup bermasyarakat.
Sebagai makluk sosial manusia harus memiliki rasa tanggung jawab sosial (social
responsibility) yang diperlukan dalam mengembangkan hubungan timbal balik
(inter relasi) dan saling pengaruh mempengaruhi antara sesama anggota
masyarakat dalam kesatuan hidup mereka
c. Aspek Tauhid.
Aspek tauhid ini adalah
aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia itu adalah makhluk yang
berketuhanan yang menurut istilah ahli disebut homo divinous (makhluk yang
percaya adanya Tuhan) atau disebut dengan homo religious artinya makhluk yang
beragama. Adapun kemampuan dasar yang meyebabkan manusia menjadi makhluk yang
berketuhanan atau beragama adalah karena di dalam jiwa manusia terdapat instink
yang disebut instink religious atau gazirah diniyah (instink percaya kepada
agama). Itu sebabnya, tanpa melalui proses pendidikan instink religious dan
gazirah diniyah tersebut tidak akan mungkin dapat berkembang secara wajar. Dengan demikian
pendidikan keagamaan mutlak diperlukan untuk mengembangkan instink religious
atau gazirah Diniyah tersbut.
Mengapa manusia membutuhkan pendidikan? Pertanyaan ini sepintas mudah untuk dijawab akan tetapi jawaban
tersebut terkadang masih mengambang dan tidak memberikan jawaban sesuai dengan
subtansi pertanyaan. Dari penjelasan sebelumnya bahwa manusia membutuhkan
pendidikan disebabkan manusia sangat labil dan dinamis. Labil karena manusia
sejak pertama dilahirkan belum memiliki kemapuan untuk dapat mempertahankan dan
memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga dengan pendidikan manusia dapat dengan
serta merta menguasai berbagai kompotensi yang dapat dimanfaatkan untuk
kehidupannya. Manusia bersifat dinamis karena manusia selalu termotivasi untuk
senantiasa melakukan perubahan dalam kehidupannya.
Sebagai illustrasi Manusia dibandingkan dengan binatang,
manusia lahir tidak mempunyai kemampuan untuk berjalan sendiri, makan sendiri
dan memenuhi kebutuhannya sendiri akan tetapi masih mebutuhkan bantuan orang
lain yang ada disekitaranya. Berbeda dengan binatang, Ikan misalnya sejak telur
ikan menetas maka ikan tersebut secara spontan dapat berenang dan mencari
makanan sendiri, sehingga biatang seperti ikan tersebut tidak membutuhkan
pendidikan khusus untuk dapat menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Hal ini tentu sangat berbeda dengan manusia. Persoalannya kemudian bahwa
kemampuan ikan berenang apakah dapat dikategorikan sama dengan kemampuan
manusia menangis ketika lahir. Manusia sejak lahir telah memiliki kemampuan
untuk menangis sebagai bentuk, dasar dari respon manusia terhadap hal-hal tertentu.
Dan hal tersebut tidak melalui proses pendidikan. Akan tetapi secara
spontanitas semua bayi “menangis” ketika lahir.
Dari asumsi tersebut, kami masih beranggapan bahwa
sesungguhnya manusia membutuhkan pendidikan selain karena memang manusia memiliki
sikap labil dan statis juga karena potensi kemanusiaan yang dimilikinya (Akal)
Sehingga dengan potensi tersebut manusia dapat dididik dan dilatih untuk
mengambangkan kemampuan dan potensinya yang berkaitan dengan Cipta, Rasa dan
Karsa Manusia. Manusia disebut “Homo Sapiens”. Artinya, makhluk yang mempunyai
kemampuan untuk berilmu pengetahuan. Salah satu insting konsep manusia dalam pendidikan adalah selalu cenderung ingin
mengetahui segala sesuatu disekelilingnya, yang belum diketahuinya. Berawal
dari rasa ingin tahu maka timbulah ilmu pengetahuan. Dalam hidupnya manusia
digerakan sebagian oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu, dan sebagian lagi
oleh tanggung jawab sosial dalam masyarakat. Manusia bukan hanya mempunyai
kemampuan-kemampuan, tetapi juga mempunyai keterbatasan-keterbatasan, dan juga
tidak hanya mempunyai sifat-sifat yang baik, namun juga mempunyai sifat-sifat
yang kurang baik.
Menurut pandangan pancasila, manusia
mempunyai keinginan untuk mempertahankan hidup dan menjaga kehidupan lebih
baik. Ini merupakan naluri yang paling kuat dalam diri manusia. Pancasila
sebagai falsafah hidup manusia Indonesia, memberikan pedoman bahwa kehidupan
manusia didasarkan atas keselarasan, keserasian, dan keseimbangan, baik dalam
hidup manusia sebagai individu, hubungan manusia dengan masyarakat, hubungan
manusia dengan alam, hubungan bangsa dengan bangsa, dan hubungan manusia dengan
Tuhannya, maupun manusia dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan
rohaniah.
Ajaran Islam memandang manusia sebagai
tubuh, akal dan hati nurani. Potensi dasar manusia yang dikembangkan itu, tidak
lain adalah bertuhan dan cenderung kepada kebaikan bersih dari dosa, berilmu
pengetahuan serta bebas memilih dan berkreasi. kemampuan kreatif manusia pun
berkembang secara bertahap sesuai ukuran tingkat kekuatan dan kelemahan unsur
penunjang kreativitas seperti pendengaran, penglihatan serta pikiran. Sebagai
khalifah Allah SWT di muka bumi, manusia dituntut mampu mengelola alam dengan
beragam ilmu pengetahuan.
Tampaklah bahwa manusia itu sangat
membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia dapat mempunyai
kemampuan-kemampuan mengatur dan mengontrol serta menentukan dirinya sendiri.
Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada
yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat
didekati dan dianalisis secara murni. Jika merujuk pada
definisi yang dipahami, maka kebutuhan manusia akan pendidikan merupakan sebuah kebutuhan primer. Herbert
Spencer, seperti dikutip dari Jumransyah, mengemukakan bahwa Pendidikan adalah
mempersiapkan manusia untuk hidup sempurna. Kebutuhan manusia terhadap
pendidikan merupakan kebutuhan asasi dalam rangka mempersiapkan setiap insan
sampai pada suatu tingkat di mana mereka mampu menunjukkan kemandirian yang
bertanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya. Dalam
konteks ini, pendidikan melatih manusia untuk memiliki tingkat penyesuaian diri
yang baik dalam berinteraksi dengan lingkungan (baik dengan sesama manusia maupun
dengan lingkungan alam). Bahwa pendidikan dapat
diartikan sebagai suatu proses penyesuaian diri secara timbal balik dari
seseorang dengan manusia lainnya dan dengan lingkungannya.
Dari ungkapan Brubacher
tadi, jelas bahwa dengan adanya penyesuaian-penyesuaian tersebut akan membawa
manusia kepada terbentuknya suatu kemampuan dan peningkatan kapasitas
individual yang secara perlahan menunjukkan adanya perubahan-perubahan. Dalam
konteks pendidikan, perubahan-perubahan tersebut merupakan proses yang terjadi
pada potensi yang telah ada, untuk selanjutnya menjadi nyata, berkembang dan
menjadi lebih baik.
Sejalan dengan pendapat
di atas, M.J.Adler, mengemukakan bahwa pendidikan pada manusia bertujuan untuk
melatih dan membiasakan manusia sehingga potensi, bakat dan kemampuannya
menjadi lebih sempurna. Ini menggambarkan bahwa manusia membutuhkan pendidikan
untuk menjadikan manusia lebih baik, lebih maju dan lebih sempurna.
Berbagai pendapat yang
mengemukakan kebutuhan manusia akan pendidikan yang telah dikemukakan di atas,
bermuara pada satu pandangan bahwa melalui pendidikan, manusia membuktikan diri
sebagai makhluk yang paling sempurna, dari sebelumnya hanya memiliki potensi
(yang belum memiliki arti apa-apa), tetapi dengan pendidikan mereka berkembang
menjadi lebih sempurna dan terus menyempurnakan diri.
Manusia berhak mendapat dan berharap untuk
selalu berkembang dalam pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu
proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan
kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting.
Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat.
Seorang anak yang disayangi akan menyayangi
keluarganya ,sehingga anak akan merasakan bahwa anak dibutuhkan dalam keluarga.
Sebab merasa keluarga sebagai sumber kekuatan yang membangunya.Dengan demikian
akan timbul suatu situasi yang saling membantu,saling menghargai,yang sangat
mendukung perkembangan anak.Di dalam keluarga yang memberi kesempatan maksimum
pertumbuhan,dan perkembangan adalah orang tua.Dalam lingkungan keluarga harga
diri berkembang karena dihargai, diterima, dicintai, dan dihormati sebagai
manusia .Itulah pentingnya mengapa kita menjadi orang yang terdidik di
lingkungan keluarga. Orang tua mengajarkan kepada kita mulai sejak kecil untuk
menghargai orang lain.
Sedangkan
di lingkungan sekolah yang menjadi pendidikan yang kedua dan apabila orang tua
mempunyai cukup uang maka dapat melanjutkannya ke jenjang yang lebih tinggi dan
akan melanjutkan ke Perguruan Tinggi kemudian menjadi seorang yang terdidik .
Alangkah pentingnya pendidikan itu. Guru sebagai media pendidik memberikan
ilmunya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Peranan guru sebagai pendidik
merupakan peran memberi bantuan dan dorongan ,serta tugas-tugas yang
berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak dapat mempunyai rasa
tanggung jawab dengan apa yang dia lakukan. Guru juga harus berupaya agar pelajaran yang diberikan
selalu cukup untuk menarik minat anak .
Selain itu peranan
lingkungan masyarakat juga penting bagi anak didik . Hal ini berarti
memberikan gambaran tentang bagaimana kita hidup bermasyarakat.Dengan demikian
bila kita berinteraksi dengan masyarakat maka mereka akan menilai kita,bahwa
tahu mana orang yang terdidik,dan tidak terdidik. Di zaman Era
Globalisasi diharapkan generasi muda bisa mengembangkan ilmu yang didapat
sehingga tidak ketinggalan dalam perkembangan zaman. Itulah pentingnya menjadi
seorang yang terdidik baik di lingkungan Keluarga,Sekolah,dan Masyarakat.
B. Manusia sebagai makhluk pendidikan
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diantara
mahkluk yang lain ciftaan allah SWT.salah satu kelebihan yang di miliki oleh
manusia ialah manusia diberi akal pikiran dan nafsu yang tidak dimiliki oleh
malaikat ,jin dan binatang.dengan akal ini lah di harap kan manusia bisa
menggelola bumi ini dengan baik,untuk melakukan tugas yang berat tersebut maka
manusia membutuhkan ilmu pengetahuan,hal ini lah yang menyebab kan manusia
menjadi objek pendidikan,atau mahluk yang membutuhkan pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas hidup, manusia memerlukan pendidikan,
baik pendidikan yang formal, informal maupun nonformal. Pendidikan merupakan
bagian penting dari kehidupan manusia yang sekaligus membedakan manusia dengan
makhluk hidup lainnya. "Hewan" juga belajar, tetapi lebih ditentukan
oleh instinknya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan
menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Anak-anak menerima
pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga,
mereka akan mendidik anak-anaknya. Begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para
siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.
Manusia di lahirkan ke dunia ini pertama kalinya tidak
mengetahui apa-apa. Teori behaviorisme dalam psikologi beranggapan bahwa
manusia bukan baik dan bukan juga jahat semenjak lahir. Dia adalah tabula rasa,
putih seperti kertas .maka pendidikan lah yang memegang peranan membentuk
pribadinya.
Kita tahu bahwa manusia terdiri dari unsur biologis
dan fsikologis, maka sudah barang tentu pendidikan harus berpijak pada
pertimbangan tersebut sehingga pada akhirnya didapat hasil yang optimal. Dengan
potensi yang dimilikinya, Allah menempatkan manusia pada posisi yang mulia,
tetapi dengan hal yang sama manusia juga dapat menjadi lebih rendah dari
binatang. Dari itu sudah seyogyanya pendidikan haruslah mampu mengarahkan dan
mengoptimalkan potensi tersebut kearah yang positif dan meminimalisasi
perkembangan negativitas perilaku sebagai efek dari perkembangan manusia yang salah.
Dari potensi-potensi dasar tersebut juga menunjukkan
pada kita akan pentingnya pendidikan untuk mengembangkan dan mengolah sampai di
mana titik optimal itu dapat capai. Apalagi kita saksikan kondisi manusia pada
waktu dilahirkan di dunia ini, mereka dalam keadaan yang sangat lemah , yang
secara tidak langsung membutuhkan pertolongan dari kedua orangtuanya.
Dengan demikian, pendidikan merupakan faktor yang
sangat menentukan kepribadian manusia, potensi jasmaniah dan rohaniah tidak
secara otomatis tumbuh dan berkembang dengan sendirinya, tetapi membutuhkan
adanya bimbingan, arahan, dan pendidikan.
C. Kewajiban belajar dan belajar
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat.Setiap
manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia
akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan
harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan
mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang
baik.
Tujuan
pendidikan yang kita harapkan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan".
Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan aktif
dalam seluruh lapangan kehidupan, cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur,
berdisiplin dan bermoral tinggi, demokratis, dan toleran dengan mengutamakan
persatuan bangsa dan bukannya perpecahan.
Mempertimbangkan
pendidikan anak-anak sama dengan mempersiapkan generasi yang akan datang. Hati
seorang anak bagaikan sebuah plat fotografik yang tidak bergambar apa-apa, siap
merefleksikan semua yang ditampakkan padanya.
Empat
pilar pendidikan sekarang dan masa depan yang dicanangkan oleh UNESCO yang
perlu dikembangkan oleh lembaga pendidikan formal, yaitu:
(1) learning
to Know (belajar untuk mengetahui),
(2) learning
to do (belajar untuk melakukan sesuatu) dalam hal ini kita dituntut untuk
terampil dalam melakukan sesuatu,
(3) learning
to be (belajar untuk menjadi seseorang), dan
(4) learning
to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).
Dalam
rangka merealisasikan 'learning to know', Guru seyogyanya berfungsi
sebagai fasilitator. Di samping itu guru dituntut untuk dapat berperan sebagai
teman sejawat dalam berdialog dengan siswa dalam mengembangkan penguasaan
pengetahuan maupun ilmu tertentu.
Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) akan bisa berjalan jika sekolah memfasilitasi siswa untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinya, serta bakat dan minatnya. Walaupun bakat dan minat anak banyak dipengaruhi unsur keturunan namun tumbuh berkembangnya bakat dan minat tergantung pada lingkungannya. Keterampilan dapat digunakan untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan seseorang.
Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) akan bisa berjalan jika sekolah memfasilitasi siswa untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinya, serta bakat dan minatnya. Walaupun bakat dan minat anak banyak dipengaruhi unsur keturunan namun tumbuh berkembangnya bakat dan minat tergantung pada lingkungannya. Keterampilan dapat digunakan untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan seseorang.
Pendidikan
yang diterapkan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau kebutuhan dari
daerah tempat dilangsungkan pendidikan. Unsur muatan lokal yang dikembangkan
harus sesuai dengan kebutuhan daerah setempat. learning to be (belajar
untuk menjadi seseorang) erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan
fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Bagi
anak yang agresif, proses pengembangan diri akan berjalan bila diberi
kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Sebaliknya bagi anak yang pasif, peran
guru dan guru sebagai pengarah sekaligus fasilitator sangat dibutuhkan untuk
pengembangan diri siswa secara maksimal.
Kebiasaan
hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima (take and
give), perlu ditumbuhkembangkan. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya
proses "learning to live together" (belajar untuk menjalani
kehidupan bersama). Penerapan pilar keempat ini dirasakan makin penting dalam era
globalisasi/era persaingan global. Perlu pemupukkan sikap saling pengertian
antar ras, suku, dan agama agar tidak menimbulkan berbagai pertentangan yang
bersumber pada hal-hal tersebut.
Dengan demikian, tuntutan pendidikan sekarang dan masa
depan harus diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan
profesional serta sikap, kepribadian dan moral manusia Indonesia pada umumnya.
Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian diharapkan dapat
mendudukkan diri secara bermartabat di masyarakat dunia di era globalisasi ini.
Mengenai kecenderungan merosotnya pencapaian hasil
pendidikan selama ini, langkah antisipatif yang perlu ditempuh adalah
mengupayakan peningkatan partisipasi masyarakat terhadap dunia pendidikan,
peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan, serta perbaikan manajemen di
setiap jenjang, jalur, dan jenis pendidikan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan
di daerah, khususnya di kabupaten/kota, seyogyanya dikaji lebih dulu kondisi
obyektif dari unsur-unsur yang terkait pada mutu pendidikan, yaitu:
(1) Bagaimana kondisi gurunya? (persebaran, kualifikasi, kompetensi
penguasaan materi, kompetensi pembelajaran, kompetensi sosial-personal, tingkat
kesejahteraan);
(2) Bagaimana kurikulum disikapi
dan diperlakukan oleh guru dan pejabat pendidikan daerah?;
(3) Bagaimana bahan belajar yang
dipakai oleh siswa dan guru? (proporsi buku dengan siswa, kualitas buku
pelajaran);
(4) Apa saja yang dirujuk
sebagai sumber belajar oleh guru dan siswa?;
(5) Bagaimana kondisi prasarana
belajar yang ada?;
(6) Adakah sarana pendukung belajar lainnya? (jaringan sekolah dan
masyarakat, jaringan antarsekolah, jaringan sekolah dengan pusat-pusat
informasi);
(7) Bagaimana kondisi iklim
belajar yang ada saat ini?.
Mutu pendidikan dapat ditingkatkan dengan melakukan
serangkaian pembenahan terhadap segala persoalan yang dihadapi. Pembenahan itu
dapat berupa pembenahan terhadap kurikulum pendidikan yang dapat memberikan
kemampuan dan keterampilan dasar minimal, menerapkan konsep belajar tuntas dan
membangkitkan sikap kreatif, demokratis dan mandiri. Perlu diidentifikasi
unsur-unsur yang ada di daerah yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi
proses peningkatan mutu pendidikan, selain pemerintah daerah, misalnya kelompok
pakar, paguyuban mahasiswa, lembaga swadaya masyarakat daerah, perguruan
tinggi, organisasi massa, organisasi politik, pusat penerbitan, studio radio/TV
daerah, media masa/cetak daerah, situs internet, dan sanggar belajar.
D. Manfaat Pendidikan
Pembahasan tentang
pengawasan pendidikan harus diawali dengan dua pengamatan dasar, pertama bahwa
orang-orang dengan pendidikan yang lebih tinggi berbeda dengan orang yang
kurang berpendidikan. Pengamatan kedua adalah perubahan individu yang terjadi
setelah mereka mendapatkan yang lebih tinggi.
1. Dimensi Manfaat Pendidikan
Orang yang akan
mendapat beberapa keuntungan atau manfaat pendidikan yang pertama dan yang
paling nyata adalah siswa. Setiap siswa memiliki karakteristik yang
berbeda-beda sehingga setiap karakteristik tersebut harus dapat dipahami agar
mereka dapat mencapai manfaat dalam pendidikan. Sebagai tambahan pengaruh orang
lain dalam masyarakat dapat mempengaruhi pendidikan siswa, baik secara langsung
maupun tidak langsung (keluarga dan teman-teman atau guru). Manfaat yang akan
diperoleh siswa mudah sekali untuk dijelaskan, siswa yang belajar membaca
disekolah lebih baik dari pada mereka yang tidak dapat membaca.
Dalam ekonomi hal ini disebut “manfaat
pribadi”. Para ekonom membedakan manfaat pribadi dengan manfaat sosial. Manfaat
sosial adalah sesuatu yang dapat mengembangkan orang selain pendidikan.
Masyarakat dikatakan lebih baik karena pendidikan mereka.
Karakteristik dan pembawaan umum tertentu dapat
dianggap sebagai hasil dari sekolah, termasuk pemahaman tentang nilai demokrasi
sebagai upaya untuk memerangi segala bentukkediktatoran dalam suatu
pemerintahan dan kemampuan untuk berpikir kritis dan yang pantas. Keahlian
tersebut mungkin menjadi pengaruh tidak langsung dari bidang studi
kewarganegaraan, ilmu sosial, sejarah, filsafat, bahasa, dan pengajaran lain.
Perubahan yang dipengaruhi oleh pengalaman
pendidikan. Secara metodologis hal ini berarti bahwa pengukuran pretest dan
protest pada individu diperlukan untuk mengidentifikasi perubahan yang
disebabkan oleh pendidikan. Hal ini dikenal sebagai “pendekatan penambahan
nilai”.
Terdapat lima cara yang berbeda untuk membuat
fakulasi (penghitungan) dan mengaplikasikan metode yang spesifik pada
pendidikan yang lebih tinggi. Yang pertama adalah dalam mengevaluasi perubahan
individu, segala yang dihabiskan dalam pendidikan (tingkat biaya) adalah ukuran
kelebihannya. Kedua yaitu menyelidiki reaksi klien terhadap pendidikan
universitas. Ketiga adalah mempertimbangkan peningkatan dalam nilai kapita dari
manusia yang merupakan hasil dari pendidikan yang lebih tinggi. Keempat melihat
seberapa besar pendidikan yang lebih tinggi bertanggung jawab atau berperan
dalam pertumbuahn. Kelima dalam
memperkirakan nilai pendidikan universitas dengan melihat pada tingkat
pengembalian investasi pada pendidikan universitas.
Manfaat pendidikan
diperoleh selama pengalaman dari pendidikan itu sendiri, manfaat pendidikan
dapat ditanyakan pada siswa setelah mereka melaksanakan pendidikan.
Persamaannya seperti manfaat sosial dari mengikuti permainan sepak bola di SMA
terjadi selama pengalaman pendidikan.
2. Fungsinya Memahami Manfaat Pendidikan
Penting sekali untuk mengetahui apa manfaat yang meluas dari pendidikan
agar dalam mengalokasi sumber tidak hanya antara berbagai macam dan tingkat
sekolah tetapi juga antara pendidikan dan juga program sosial. Manfaat
pendidikan juga harus dihargai untuk memutuskan bagaimana membiayai pendidikan
pada tingkat yang berbeda. Jika manfaat meluas pada masyarakat yang
bersekolah, terdapat alas an untuk memajukan pembiayaan sendiri bagi proses
pendidikan, bahkan bias dari pinjaman. Manfaat pendidikan juga harus
diidentifikasi untuk menginterpretasikan motivasi pendidik. Secara mendasar
pengetahuan diperlukan sebagai manfaat pendidikan sehingga proses pendidikan
dapat dievaluasi melalui analisis harga manfaat yang berhubungan dengan alokasi
dana dan dalam penetapan manajemen.
3.
Penelitian dan Manfaat Pendidikan
a.
Pendidikan Dasar
Salah satu
pemikiran dasar untuk pendidikan remaja selalu adalah fungsi penjagaan
sekolah-sekolah, menjauhkan anak-anak dari jalanan, mengurangi kejahatan,
membebaskan orang tua untuk bekerja atau bersenang-senang, dan mengajari
anak-anak tentang norma-norma masyarakat.
Serupa dengan
itu, sekolah-sekolah telah dipercaya melakukan satu fungsi sosialisasi;
mengajari anak-anak bagaimana cara bergaul, berbagi, mengambil giliran
(bersabar), berpakaian, dan menyesuaikan diri.
b.
Pendidikan Tinggi
Para ekonom
memfokuskan pada manfaat yang terkait dengan pekerjaan dan karier yang diterima
dari perguruan tinggi oleh mereka yang kuliah dan lulus bukan karena mereka
hanya memikirkan uang, tetapi mereka ingin melihatapakah perubahan yang
disebabkan oleh kuliah diperguruan tinggi meningkatkan produktivitas (yakni,
menghasilkan modal manusia) dan dengan demikian meningkatkan pendapatan.
(Schultz,1961)
menghipotesiskan bahwa kuantitas dan kualitas pendidikan yang didapat oleh
suatu individu memberikan kontribusi pada modal manusianya, yang menghasilkan
kapasitasproduksi yang lebih besar. Modal manusia satu individu selalu
bergantung pada faktor-faktor disamping pendidikan (seperti; kesehatan,
motivasi, kemampuan bawaan, dan status social ekonomi).
Manfaat dari
perguruan tinggi yang berhubungan dengan keuntungan penghasilan dan gengsi
sosial pada dasarnya berkaitan dengan penawaran dan permintaan akan pekerja berpendidikan
perguruan tinggi. Kapanpun ada penawaran yang lebih besar dan penawaran lebih
sedikit harga naik.
(Rumberger,
1986) mengemukakan bahwa pendidikan sekolah tambahan tidak selalu secara
otomatis dihargai dengan pendapatan yang lebih tinggi. Menurut Rumberger,
pendidikan sekolah khusus untuk pekerjaan tertentu. Yakni, ketika para pekerja
memperoleh pelatihan berdasarkan pada penilaian mereka sendiri atau satu
penilaian independent terhadap apa yang dibutuhkan dalam pekerjaan tersebut,
pelatihan tersebut dihargai dengan gaji yang lebih tinggi, sementara pelatihan
lain yang tidak bersifat khusus untuk satu pekerjaan tertentu mungkin tidak
begiti dihargai.
Dinegara-negara
lain, proporsi penduduk yang memenuhi syarat yang telah kuliah diperguruan
tinggi biasanya jauh lebih rendah daripada Amerika Serikat. Oleh karena itu,
lulusan perguruan tinggi dinegara-negara lain dapat mempunyai kemungkinan lebih
kecil untuk mendapati dirinya tidak dihargai dipasar kerj. Di Amerika Serikat
sulit untuk berpendapat bahwa setiap tingkat kejenuhan ditingkat S1 dapat
menyebabkan kelebihan pendidikan pendidikan dalam artian umum, karena
hasil-hasil kejuruan merupakan bagian kecil dari total manfaat pendidikan
ditingkat tersebut. Terkait dengan pasar kerja, apa yang dibutuhakan untuk
individu bias merupakan pemborosan bagi perekonomian secara keseluruhan
(contohnya, gelar S1 dapat dibutuhkan untuk mengajar sejarah kelas empat,
tetapi mungkin tidak ada kebutuhan guru sejarah lagi).
Dinegara-negara
lain, gelar S1 perguruan tinggi mempunyai kemungkinan lebih besar untuk
berperan sebagai dokumen resmi professional terakhir. Contohnya, di Brasil,
bahkan hokum dan kedokteran dipraktekkan oleh lulusan perguruan tinggi tanpa
pendidikan pasca sarjana. Ketidakcocokan antara permintaan dan penawaran akan
lulusan untuk beragam bidang profesi dan disiplin ilmu menjadi lebih dari
sekedar alas an untuk mempertanyakan pertumbuhan dalam pendidikan S1.
(Bowen, 1977)
dalam rangkumannya “Apakah pendidikan tinggi setimpal dengan biayanya?”, Bowen memulai
dengan memperlihatkan bahwa “Tujuan utama pendidikan tinggi adalah mengubah
orang-orang dengan cara-cara yang diinginkan. Tetapi dalam contoh pertama, tujuannya adalah untuk memodofikasi
sifat-sifat dan pola-pola perilaku manusia secara perorangan.
Universitas-universitas juga berperan melestarikan warisan budaya dan memajukan
peradaban. Mereka memberikan layanan masyarakat langsung seperti layanan
kesehatan, perpustakaan,museum,pertunjukan drama dan musik, layanan konsultasi.
Dampak terkait universitas terhadap masyarakat dapat dianggap negative
(contohnya, jika mereka menghasilkan penelitian yang berakhir dengan
pengembangan senjata yang merusak).